Haji Basrin baru saja tiba di lokasi penggilingan beras di Kampung Waru, Kabupaten Karawang, sore itu. Ia membawa sendiri hasil panennya dengan menggunakan gerobak angkut.
Dengan kekuatan otot yang sudah terlatih, Basrin mengangkat sendiri karung-karung gabah padi itu dan menaruhnya di depan rumah penggilingan. Ia tak bisa langsung menggiling karena masih harus mengantre karena di sana sudah ada sejumlah petani lainnya.
Suara bising mesin penggilingan padi pun terdengar cukup jelas. Adjat Sudrajat, petugas giling, dengan sigap memasukkan buliran gabah kering giling itu ke dalam mesin pertama.
Mesin ini dipakai untuk membuka sedikit kulit gabah menjadi beras setengah jadi. Dari proses pertama ini, baru dimasukkan ke mesin kedua untuk memisahkan ampas dan beras. Setidaknya butuh tiga kali putaran hingga buliran beras itu benar-benar bersih dipisahkan dari ampasnya. “Untuk gabah kering giling di tingkat penggilingan di sini sudah Rp 7.000 per kg,” ujar Adjat ketika berbincang dengan GPR News, Kamis (6/4/2023).
Kualitas beras yang dihasilkan dari penggilingan tersebut masuk dalam kategori medium. Bagi petani harga itu sudah cukup bagus karena berada di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Rp 6.200 per kg. Kemudian, beras yang sudah jadi dan masuk karung dijual di pasar dengan kisaran Rp 10 ribu per kg pun masih di atas kisaran Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp 10.900 untuk kelas medium.
Lantas mengapa ada gap lebar antara harga gabah dan beras? Ini karena dari 1 kuintal gabah kering yang digiling paling tidak hanya bisa mendapat 50 kg beras. Jika kualitas padi dan penggilingannya bagus, maka bisa menghasilkan sekitar 60 kg (60 persen).
Namun bagi warga di Kampung Waru, tidak semua hasil panen itu untuk dijual, karena sebagian lainnya buat disimpan sampai panen berikutnya.
Di Pasar Cimanggis, Bogor, Jawa Barat, Sunarto sibuk melayani pelanggannya. Sebagai pedagang yang sudah puluhan tahun berkecimpung di dunia beras, naik dan turunnya harga beras sudah menjadi hal biasa.
Namun untuk saat ini, kata ia, harga beras cenderung stabil di harga yang tinggi. Untuk beras medium misalnya dijual di kisaran Rp 11 ribu per kg. Sementara untuk premium sudah di atas Rp 12 ribu. “Yang membedakan medium dan premium itu dari patahan dan kadar airnya,” ujar bapak beranak dua itu.
Menurut Sunarto harga beras stabil tinggi karena harga di tingkat petani juga sudah naik. Di sawah, harga gabah panen sudah Rp 600 ribu per 100 kg. Sementara di tingkat penggilingan di kisaran Rp 630 ribu per 100 kg.
Pemerintah, kata ia, juga telah menaikkan Harga Eceran Tertinggi yang ikut mempengaruhi harga. Di sisi lain, pasokan beras dari daerah juga sudah mulai berkurang. Sementara beras impor dari Bulog sudah tidak masuk lagi. “Kalau beras impor ini kewenangan Bulog yang mengeluarkan,” ujarnya.
Sunarto melihat harga beras sepertinya belum akan turun, baik sebelum maupun selepas hari raya. “Tergantung nanti dari pasokannya,” katanya.
Satu hal yang menjadi catatan pria kelahiran Pacitan itu yakni soal daya beli. Daya beli masyarakat belum pulih sepenuhnya. “Dulu itu biasa 150 ton per bulan bisa nurunin sekarang paling hanya 100 ton.”
Di Pasar Induk Cipinang rata-rata harga beras per 5 April 2023 berada di kisaran Rp 11.892 per kg. Angka itu cenderung mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Januari 2023 sebesar Rp 11.339 per kg. Pun halnya jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu yang berada di kisaran Rp 9.712 per kg.
Sementara berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret tercatat ada 60 kota yang mengalami kenaikan harga beras dan 29 kota alami penurunan. Beberapa kota yang mengalami kenaikan seperti Bengkulu yang meningkat 2,8 persen. Kemudian di Palangka Raya 3,11 persen, Manokwari 2,65 persen, Yogyakarta 4,72 persen, Bali serta Nusa Tenggara (7,86 persen) dan yang tertinggi di Luwuk (Sulawesi Tengah) 25,44 persen. Sementara penurunan terdalam terjadi di Kota Mataram yakni sebesar 8,50 persen (secara month to month).
Namun kabar baiknya, jika menengok secara rata-rata secara nasional , BPS mencatat sudah terjadi penurunan harga gabah di tingkat petani maupun penggilingan sejak Februari 2023. Gabah Kering Giling (GKG) turun dari 6.436 pada Februari menjadi 6.051 pada Maret atau turun 5,99 persen.