saintgeorgesflushing – Konflik bersenjata yang kembali melanda wilayah Idlib, Suriah barat laut, pada Rabu (22 Mei 2024), diwarnai tuduhan pelanggaran HAM berat terhadap pasukan loyalis pemerintah Suriah. Laporan dari organisasi pemantau Syrian Network for Human Rights (SNHR) menyebut setidaknya 23 warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak, dieksekusi secara sepihak oleh kelompok militer pro-rezim saat kekerasan merebak di Desa Al-Ziyara. Insiden ini memicu kecaman keras dari komunitas internasional.
Latar Belakang Eskalasi Kekerasan
Idlib merupakan kantong terakhir yang dikuasai kelompok oposisi dan milisi Hay’at Tahrir al-Sham (HTS). Sejak awal Mei, pasukan pemerintah Suriah yang didukung Rusia melancarkan serangan artileri dan udara untuk merebut wilayah strategis di pedesaan Idlib. Pertempuran mencapai puncaknya pada 22 Mei, ketika milisi pro-rezim menerobos garis pertahanan oposisi di Al-Ziyara. “Mereka mengumpulkan pria dan remaja di lapangan desa, lalu menembaki mereka secara acak,” kata Abu Mohammad, seorang pengungsi yang berhasil melarikan diri ke perbatasan Turki.
Detail Tuduhan Eksekusi
SNHR merilis bukti foto dan video yang menunjukkan mayat-mayat warga sipil dengan luka tembak di kepala dan dada, serta sejumlah tubuh terikat tangan. Laporan tersebut mengklaim:
- Pasukan loyalis menggunakan senjata ringan dan pisau untuk membunuh korban.
- Sebagian korban merupakan keluarga yang menolak mengungsi selama serangan.
Kondisi Kemanusiaan yang Semakin Suram
Eksekusi ini memperburuk krisis di Idlib, di mana:
- 3 juta penduduk hidup dalam kondisi darurat, 80% di antaranya perempuan dan anak-anak.
- 12 rumah sakit dan klinik rusak akibat serangan udara sejak awal Mei.
- Pasokan makanan hanya mencukupi 40% kebutuhan harian.
Organisasi Save the Children melaporkan peningkatan kasus malnutrisi akut pada balita sebesar 200% dalam sebulan terakhir.
Analisis: Pola Kekerasan yang Terus Berulang
Pakar HAM Suriah, Dr. Rime Allaf, menyoroti bahwa eksekusi warga sipil oleh pasukan pro-rezim bukanlah insiden pertama. “Ini adalah strategi sistematis untuk menekan perlawanan dengan menebar teror,” ujarnya. Sejak 2011, SNHR mencatat 147.000 warga sipil tewas dalam konflik Suriah, 93% di antaranya akibat serangan rezim dan sekutunya.
Apa Selanjutnya?
- Pengadilan Internasional: Aktivis HAM mendorong International Criminal Court (ICC) untuk menyelidiki insiden ini, meskipun Suriah bukan anggota ICC.
- Tekanan ke Rusia: Negara-negara Eropa berencana mengajukan sanksi tambahan terhadap pejabat Suriah dan Rusia di Dewan HAM PBB.
- Evakuasi Darurat: LSM lokal berupaya membuka koridor kemanusiaan ke Aleppo, tetapi upaya terhambat blokade militer.
Tuduhan eksekusi warga sipil di Idlib kembali mengingatkan dunia akan kebrutalan konflik Suriah yang tak kunjung usai. Tanpa intervensi nyata dari komunitas global, siklus kekerasan dan impunitas akan terus berlanjut, dengan warga sipil sebagai korban utama.