saintgeorgesflushing – Wakil Presiden Amerika Serikat (AS), Vance, menimbulkan kontroversi besar setelah bertemu dengan ketua partai kanan ekstrem Jerman, sebuah langkah yang dianggap melanggar tabu dalam politik internasional. Pertemuan ini terjadi di tengah ketegangan yang meningkat antara AS dan Eropa, terutama sejak era pemerintahan Donald Trump, yang membuat sulit bagi kedua belah pihak untuk mencapai kesepakatan bersama mengenai kebijakan terkait perang di Ukraina.
Pertemuan antara Wapres Vance dan ketua partai kanan ekstrem Jerman, yang dikenal dengan pandangan-pandangan kontroversial dan sering kali dianggap rasis serta xenofobia, telah mengundang kritik keras dari berbagai pihak. Banyak yang menganggap langkah ini sebagai bentuk legitimasi terhadap kelompok-kelompok ekstrem yang selama ini dianggap sebagai ancaman bagi demokrasi dan hak asasi manusia.
Reaksi dari Eropa tidak terlambat datang. Para pemimpin Uni Eropa dan negara-negara anggota lainnya menyatakan keprihatinan mereka atas pertemuan tersebut. Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, menyebut pertemuan itu sebagai “kesalahan besar” yang dapat merusak hubungan transatlantik yang sudah rapuh.
“Kami sangat prihatin dengan langkah Wapres Vance yang bertemu dengan ketua partai kanan ekstrem. Ini adalah langkah yang tidak hanya kontroversial tetapi juga berbahaya bagi stabilitas dan demokrasi di Eropa,” ujar von der Leyen dalam sebuah pernyataan resmi.
Langkah Wapres Vance ini diperkirakan akan semakin memperlebar jarak antara AS dan Eropa. Sejak era Trump, hubungan antara kedua belah pihak telah mengalami ketegangan, terutama dalam hal kebijakan luar negeri. Perang di Ukraina menjadi salah satu isu utama yang membuat kedua belah pihak sulit mencapai kesepakatan.
“Pertemuan ini hanya akan memperburuk situasi. Kami berharap pemerintahan AS dapat segera mengklarifikasi dan menjelaskan alasan di balik pertemuan ini,” kata seorang diplomat senior Uni Eropa yang enggan disebutkan namanya.
Dalam sebuah pernyataan resmi, Wapres Vance membela keputusannya untuk bertemu dengan ketua partai kanan ekstrem Jerman. Ia mengatakan bahwa pertemuan tersebut adalah bagian dari upaya untuk memahami berbagai perspektif dan mencari solusi yang lebih komprehensif untuk masalah-masalah global.
“Kami percaya bahwa dialog dengan semua pihak adalah penting untuk mencapai perdamaian dan stabilitas. Kami tidak selalu setuju dengan semua pandangan, tetapi kami harus mendengarkan dan memahami semua pihak untuk mencapai solusi yang terbaik,” ujar Vance.
Tidak hanya dari Eropa, kritik juga datang dari dalam negeri AS. Banyak politisi dan analis yang mengecam keputusan Wapres Vance. Mereka menganggap bahwa pertemuan tersebut dapat merusak reputasi AS di panggung internasional dan memperburuk hubungan dengan sekutu-sekutu tradisionalnya di Eropa.
“Ini adalah langkah yang sangat tidak bijaksana. Wapres Vance seharusnya lebih berhati-hati dalam memilih mitra dialognya. Pertemuan ini hanya akan memperburuk situasi dan membuat hubungan dengan Eropa semakin tegang,” kata Senator Demokrat, Chuck Schumer.
Pertemuan antara Wapres AS dan ketua partai kanan ekstrem Jerman telah menimbulkan kontroversi besar dan diperkirakan akan semakin memperlebar jarak antara AS dan Eropa. Langkah ini dianggap sebagai bentuk legitimasi terhadap kelompok-kelompok ekstrem yang selama ini dianggap sebagai ancaman bagi demokrasi dan hak asasi manusia. Reaksi keras dari Eropa dan kritik dari dalam negeri AS menunjukkan bahwa pertemuan ini tidak hanya kontroversial tetapi juga berpotensi merusak hubungan transatlantik yang sudah rapuh.