saintgeorgesflushing – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali membuat heboh dengan klaimnya bahwa pemerintahan sebelumnya di bawah Joe Biden mengalokasikan dana bantuan senilai USD 50 juta atau sekitar Rp817 miliar untuk membeli kondom di Gaza, yang diduga digunakan oleh Hamas untuk membuat bom. Klaim ini langsung menuai kontroversi dan skeptisisme dari berbagai pihak.
Dalam konferensi pers pada Rabu (29/1/2025), Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan bahwa salah satu program yang dianggap tidak penting oleh pemerintahan Trump adalah pengiriman kondom senilai USD 50 juta ke Gaza. Leavitt menyatakan bahwa dana tersebut ditemukan oleh Departemen Efisiensi Pemerintahan dan Kantor Manajemen dan Anggaran (DOGE dan OMB), sebuah kelompok tugas baru yang dibentuk Trump dan dipimpin oleh miliarder Elon Musk.
“DOGE dan OMB juga menemukan bahwa sekitar USD 50 juta uang pajak akan dikeluarkan untuk membiayai kondom di Gaza. Itu adalah pemborosan uang pajak yang sangat tidak masuk akal,” ungkap Leavitt dalam konferensi pers seperti dikutip dari situs resmi Gedung Putih, Sabtu (1/2).
Trump sendiri menambahkan, “Kami mengidentifikasi dan menghentikan pengiriman USD 50 juta ke Jalur Gaza untuk membeli kondom bagi Hamas. Mereka menggunakannya sebagai metode untuk membuat bom. Bagaimana menurut kalian?” kata Trump tanpa memberikan bukti konkret.
Namun, klaim ini langsung dibantah oleh berbagai pihak. Presiden Refugees International, Jeremy Konyndyk, yang mengawasi portofolio bantuan COVID-19 USAID untuk pemerintahan Biden, menegaskan bahwa tidak ada dana pemerintah AS yang digunakan untuk membeli atau mendistribusikan kondom di Gaza.
“USAID procures condoms for around $0.05 apiece. $50 m would be ONE BILLION condoms. What’s going on here is NOT a billion condoms for Gaza. What’s going on is that the bros at DOGE apparently can’t read govt spreadsheets,” tulis Konyndyk di platform media sosial X.
Selain itu, sebuah akun di platform media sosial X mengungkapkan fakta soal hibah dari AS senilai USD 83 juta yang ditujukan untuk pencegahan penyakit menular seksual di Gaza. Namun, Gaza yang dimaksud berbeda. “Klaim Donald Trump menuai kebingungan dan skeptisisme yang meluas hingga ditemukan bahwa ada hibah AS senilai USD 83 juta yang ditujukan untuk pencegahan penyakit menular seksual di Provinsi Gaza, Mozambik. Bukan Gaza, Palestina,” tulis akun X @PalestineProjct milik The Palestine Project.
Hibah diberikan kepada Elizabeth Glaser Pediatric Aids Foundation, yang bekerja dalam berbagai program kesehatan di Mozambik. Gaza di Mozambik disebut merupakan provinsi dengan jumlah penduduk paling sedikit, yakni sekitar satu juta jiwa.
Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa klaim Trump dan Leavitt tidak didukung oleh bukti yang kuat. Bahkan, International Medical Corps (IMC), yang menerima dana bantuan dari USAID, menyatakan bahwa tidak ada dana pemerintah AS yang digunakan untuk membeli atau mendistribusikan kondom di Gaza.
“No US government funding was used to procure or distribute condoms, nor provide family-planning services,” tegas IMC dalam siaran persnya.
Dengan demikian, klaim Trump dan Leavitt tentang penggunaan dana bantuan AS untuk membeli kondom di Gaza dan digunakan oleh Hamas untuk membuat bom tidak memiliki dasar yang kuat dan cenderung merupakan misinformasi.