saintgeorgesflushing.org

saintgeorgesflushing.org – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melaporkan bahwa produksi minyak siap jual atau lifting Indonesia hingga April 2024 hanya mencapai 576 ribu barel per hari (bph). Angka ini jauh di bawah target produksi tahun 2024 yang dipatok sebesar 635 ribu bph.

Dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI di Jakarta, Wakil Kepala SKK Migas, Shinta Damayanti, menyatakan, “Sampai April 2024, produksi minyak tercatat 576,3 ribu bph, termasuk faktor penyimpanan yang mempengaruhi jumlah lifting.” Informasi ini disampaikan pada sesi yang berlangsung pada Kamis (30/5/2024).

Produksi tahun 2024 ini tidak hanya gagal mencapai target, tetapi juga lebih rendah dibandingkan dengan target tahun 2023 yang sebesar 660 ribu bph, di mana hanya tercapai 605,5 ribu bph.

Lebih lanjut, produksi gas hingga April 2024 juga mencatatkan angka yang lebih rendah dari target. Realisasi produksi gas mencapai 5.193 MMSCFD, sedangkan target pemerintah tahun 2023 adalah 5.785 MMSCFD. Shinta Damayanti menjelaskan, “Untuk salur gas di April 2024, produksi mencapai 5.193 MMSCFD, atau 97,7% dari produksi tahun 2023.”

Penerimaan negara dari sektor migas hingga April 2024 tercatat baru mencapai US  12,89 miliar. Shinta Damayanti menambahkan, “Realisasi penerimaan negara hingga April 2024 mencapai 91% dari tahun 2023.”

Produksi minyak nasional saat ini bahkan lebih rendah dibandingkan dengan tahun 1968, yang tercatat 599.000 bph menurut BP Statistical Review. Puncak produksi terjadi pada tahun 1977 dengan 1.685.000 bph dan kembali naik pada tahun 1991 dengan 1.669.000 bph, sebelum mengalami penurunan secara bertahap.

Data ini menggambarkan tantangan yang dihadapi Indonesia dalam meningkatkan produksi minyak dan gas, serta menunjukkan pentingnya strategi baru untuk meningkatkan efisiensi dan kinerja sektor migas dalam rangka memenuhi target dan meningkatkan penerimaan negara.