saintgeorgesflushing – Tingkat inflasi Amerika Serikat (AS) menunjukkan penurunan menjadi 3,1% pada Februari 2024, turun dari 3,4% di bulan sebelumnya, menurut data terbaru Biro Statistik Tenaga Kerja (Bureau of Labor Statistics/BLS). Meski menjadi sinyal positif bagi perekonomian, ancaman rencana kenaikan tarif impor oleh mantan Presiden Donald Trump serta eskalasi perang dagang dengan China dikhawatirkan mengganggu stabilitas harga jangka panjang.
Penurunan Inflasi: Faktor Pendorong
Penurunan inflasi Februari terutama dipicu oleh melandainya harga energi (-2,3%) dan perlambatan kenaikan harga makanan (+2,1% vs +3,0% di Januari). Sektor perumahan juga menunjukkan tren positif dengan kenaikan sewa yang tercatat paling rendah sejak 2021 (+4,8%). Analis menilai langkah The Federal Reserve (The Fed) mempertahankan suku bunga acar di kisaran 5,25%-5,50% mulai membuahkan hasil.
“Penurunan ini konsisten dengan target The Fed, tetapi kami tetap waspada terhadap risiko gejolak eksternal, terutama dari kebijakan perdagangan,” ujar Ketua The Fed Jerome Powell dalam konferensi pers, Rabu (12/3). Trump juga berencana mencabut status “Normal Trade Relations” dengan China, yang akan menaikkan tarif rata-rata dari 3% menjadi lebih dari 40% pada ribuan produk.
Dampak Perang Dagang yang Berlarut
Departemen Perdagangan AS mencatat, defisit perdagangan dengan China mencapai $279 miliar pada 2023, turun 15% dari rekor 2022, namun tetap menjadi pemicu ketegangan. Industri manufaktur AS, terutama produsen elektronik dan otomotif, mulai merasakan dampak kenaikan harga komponen.
Respons Pemerintah dan Proyeksi
Pemerintahan Biden berupaya meredam kekhawatiran dengan menegaskan komitmen pada “perdagangan adil”. Sekretaris Pers Karine Jean-Pierre menyatakan, “Kami tidak akan kembali ke kebijakan tarif tidak strategis yang membebani rakyat AS.” Sementara itu, The Fed memperkirakan inflasi akan mencapai target 2% pada akhir 2025 asalkan tidak ada guncangan eksternal.
Catatan untuk Pasar Global
Pasar komoditas dunia, terutama minyak mentah dan logam industri, mulai menunjukkan volatilitas menyusul spekulasi kebijakan AS. Harga tembaga di Bursa Logam London (LME) naik 1,8% dalam sepekan terakhir, mencerminkan kekhawatiran gangguan pasok.