saintgeorgesflushing – Aksi unjuk rasa pecah di Istanbul, Turki, pada Selasa (8 Oktober 2024), menyusul penahanan Ekrem Imamoglu, Wali Kota Istanbul dari Partai Rakyat Republik (CHP) oposisi. Bentrokan antara demonstran pendukung Imamoglu dengan aparat keamanan terjadi di depan gedung pengadilan, di mana polisi menggunakan water cannon (meriam air), gas air mata, dan tindakan paksa untuk membubarkan massa. Sejauh ini, 34 orang dilaporkan terluka dan 15 demonstran ditangkap.
Pemicu Ketegangan
Penahanan Imamoglu terkait kasus dugaan “penghinaan terhadap pejabat publik” dalam sidang yang dianggap banyak pengamat sebagai bagian dari tekanan politik terhadap oposisi. Imamoglu, yang dijuluki “Jokowi-nya Turki” karena popularitasnya, sebelumnya dijatuhi larangan berpolitik selama 2 tahun pada 2022 atas tuduhan serupa. Sidang kali ini berujung pada penetapan status tahanan kota untuknya, memicu kemarahan pendukung yang menilai tindakan ini sebagai upaya sistematis untuk menjegal karier politik Imamoglu jelang pemilu 2028.
Jalannya Bentrokan
Massa berkumpul di depan Pengadilan Istanbul sekitar pukul 10.00 waktu setempat, meneriakkan slogan “Jangan Sentuh Imamoglu!” dan “Demokrasi Tidak Bisa Dikubur!”. Situasi memanas ketika polisi anti-huru-hara mulai membubarkan kerumunan dengan tembakan gas air mata setelah beberapa demonstran melemparkan botol dan batu. Sejumlah toko di kawasan Fatih terpaksa tutup, sementara lalu lintas sekitar Golden Horn macet total selama 4 jam.
Reaksi Para Pihak
Imamoglu, dalam pernyataan tertulis, menyerukan ketenangan: “Kami akan terus memperjuangkan hukum dan keadilan melalui jalur konstitusional. Jangan biarkan provokasi merusak perdamaian.” Sebaliknya, Menteri Dalam Negeri Turki Ali Yerlikaya membela tindakan polisi: “Kami tidak akan mentolerir upaya mengganggu stabilitas negara.”
Sementara itu, ketua CHP Ozgur Ozel mengecam penahanan ini sebagai “skenario pengadilan palsu” yang direncanakan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) pimpinan Presiden Recep Tayyip Erdogan. “Penindasan terhadap suara oposisi adalah tamparan bagi demokrasi Turki,” tegasnya.
Dampak Politik
Insiden ini memperdalam polarisasi politik di Turki, terutama setelah Erdogan menguatkan posisinya lewat kemenangan pemilu 2023. Imamoglu, yang dianggap sebagai calon potensial penantang Erdogan, terus menghadapi serangkaian gugatan hukum. Analis politik Seda Demiralp menyebut, “Erdogan menggunakan lembaga hukum untuk menetralisasi ancaman elektoral, tetapi risiko destabilisasi justru meningkat.”
Statistik Kerusuhan
- Jumlah demonstran: ~5.000 orang (versi CHP) vs 1.200 (versi pemerintah)
- Alat berat polisi: 12 kendaraan anti-huru-hara, 2 drone pengawas
- Kerugian materi: 8 kendaraan rusak, 3 pos polisi dibakar
Hingga berita ini diturunkan, Imamoglu tetap bebas dengan status tahanan kota. Sidang lanjutan dijadwalkan pada 20 November 2024, dengan ancaman hukuman maksimal 4 tahun penjara jika terbukti bersalah.